Digital Public Relation

Dahulu
sebelum internet berkembang pesat, praktisi
public relations (PR) sangat bergantung pada media koran, radio, dan televisi
dalam kampanyenya. Namun sejak kehadiran teknologi internet, arena pekerjaan PR
pun bertransformasi menjadi PR digital.
Kenapa PR Konvensional harus berubah menjadi Digital PR? Perkembangan internet
telah membantu penyebarluasan informasi secara cepat. Kehadiran internet telah
mengubah cara masyarakat berkomunikasi, sehingga memudahkan PR untuk
menyebarluaskan pesan yang ingin disampaikan.
PR
digital tidak jauh berbeda dengan PR konvensional, yakni proses komunikasi
strategis yang bertujuan untuk membangun hubungan yang saling menguntungkan
antara organisasi dan publiknya. Namun yang membuat keduanya berbeda adalah media
komunikasinya. Bila PR konvensional mengerjakan event serta publikasi di media
konvesional, PR digital lebih banyak menggunakan media berbasis internet.
Tujuannya adalah untuk menciptakan kesan yang positif, hubungan yang baik, dan
meningkatkan visibilitas brand.
Apa
yang harus dilakukan untuk menjadi seorang Digital PR? Tahap pertama yang harus
dilakukan untuk menjadi seorang Digital PR adalah menjadi familiar dengan yang
namanya media sosial, baik youtube, blog, twitter, fb, dan lainnya. Di
sana seorang akan menemui audience yang sudah siap menerima pesan
yang akan disampaikan. Dengan pesan dan audience yang tepat, viral-pun
terjadi, dan pesan yang seorang PR sampaikan akan membentuk jaringan pesan yang
sambung-menyambung dari satu audience ke audience lainnya.
Praktisi
PR digital menciptakan dan menjaga citra positif dengan menampilkan pesan-pesan
brand organisasi di media internet, seperti website, blog, media konvergensi,
dan media sosial lainnya. Selain itu, aktivitas dalam PR digital juga meliputi
hal-hal seperti:
1. mendengarkan
percakapan publik tentang brand kita di media sosial,
2. mendeteksi isu-isu
di media sosial yang dapat mempengaruhi brand, dan
3. menciptakan konten
brand yang menarik bagi publik.
Untuk
menjaga citra dan membangun audiens online, PR digital menggunakan media
berbasis internet yang telah tersedia sebagai senjata nya dengan berbagai
jenis, manfaat, dan audiens yang beragam. Untungnya, tidak semua jaringan media
tersebut akan digunakan dalam kampanye PR digital kita. Efektifnya, media yang
digunakan hanyalah media yang memang populer dan relevan dengan target audiens
yang akan kita sasar. Di Indonesia, berikut media yang umum digunakan dalam kampanye PR:
1. Media sosial:
Twitter, Facebook, Instagram, Google Maps
2. Publikasi: website,
blog (WordPress, Blogspot, Kompasiana, Indonesiana, dll.)
3. Video: Youtube
4. Penggalangan dana:
kitabisa.com
Kesuksesan sebuah
kampanye PR digital sangat terukur dan memiliki banyak variabel. Beberapa hal
yang perlu menjadi perhatian dalam mengukur keberhasilan kampanye PR digital
antara lain:
1. Engagement, yakni
jumlah interaksi audiens dengan konten media sosial brand, seperti jumlah klik,
kunjungan, likes, share (retweet), pengikut (followers), komentar,
balasan, dll.
2. Sales, yakni jumlah
transaksi penjualan yang dibukukan lewat perantara media sosial dan media
online.
3. Return on investment
(ROI), yakni hasil yang didapatkan dari investasi kampanye digital.
Manfaat
PR digital
Aktivitas
PR telah diakui lebih efektif dan efisien dalam menyampaikan pesan-pesan brand
kepada publik bila dibandingkan dengan iklan. Apalagi PR digital memungkinkan
brand-brand untuk 'berbicara' melalui media sosial yang mereka punya. Selain
manfaat ekonomis, PR digital juga bermanfaat untuk:
1. mendeteksi potensi
isu yang berkaitan dengan brand di internet
2. merespon isu lebih
dini sehingga dapat mencegah krisis
3. menyebarluaskan
konten secara publik sehingga kesadaran publik meningkat.
Dengan PR digital,
hubungan komunikasi antara brand (dan organisasi) dan publiknya terus terjaga
dan saling menguntungkan
